TEKNOLOGI VISUAL, AUDIO, & VISUAL-AUDIO DI BIDANG PAUD

PENERAPAN TEKNOLOGI VISUAL, AUDIO, & VISUAL-AUDIO DI BIDANG PAUD

Disusun oleh Yefie Virgiana (virgiana15shy@gmail.com)



 1.     Penerapan Bentuk Teknologi Visual dalam Pembelajaran AUD

Bentuk teknologi visual untuk pembelajaran anak usia dini (AUD) sebaiknya disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran. Teknologi atau media tersebut hanya memiliki satu sasaran, yaitu anak sehingga harus mampu menstimulus anak dalam mengembangkan aspek perkembangan anak (nilai agama moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, seni). Media tersebut harus memiliki tingkat keterbacaan yang sesuai bagi anak, yaitu memenuhi syarat teknis seperti kejelasan, ukuran, dan pengaturan warna. Selain itu juga harus sesuai dengan situasi dan kondisi lembaga PAUD (kelas pembelajaran anak). Obyektivitas media juga harus dijauhi, sehingga pemilihan media tidak boleh didasari oleh kesenangan pribadi semata sebab media harus mampu diterima oleh semua anak usia dini yang terlibat dalam pembelajaran.

Teknologi ini akan digemari anak apabila diiringi dengan suara/ musik yang sesuai, atau ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak. Kelemahan teknologi ini yaitu apabila : konsep tidak sesuai (karena ukuran, bentuk, atau warnanya tidak mewakili informasi yang diharapkan), kurangnya keterangan (caption) yang mampu menjelaskan gambar, kualitas cetak gambar yang buruk (warna blur, gambar pecah, dan sebagainya), kurang sesuai memilih media yang tepat bagi kebutuhan/ usia anak (terkadang ada pendidik yang memilih media yang tidak sesuai dengan kemampuan si penerima informasi, sehingga anak kurang paham), atau karena kurangnya keterampilan pendidik di dalam memproduksi media sehingga media yang ditampilkan kurang sesuai bagi anak.

Berikut ini contoh bentuk teknologi visual untuk pembelajaran AUD :

a.     Media cetak à yang termasuk media visual cetak adalah : gambar, bagan, grafik, poster, fotografi, dan kartun; dengan sumber : buku teks, modul, artikel, surat kabar, majalah, lembar kerja (Yaumi, 2018: 136).

Bagi AUD, media ini dapat berupa : buku cerita bergambar tentang kisah Nabi dan Rasul, majalah hasil kreasi anak, kartu bergambar binatang dan tanaman, poster bergambar tata cara cuci tangan yang benar, foto presiden dan wakil presiden, grafik pengukur tinggi badan, dan sebagainya.

b.     Media pajangan à papan tulis hitam (black/ chalk board), papan tulis putih (white board) (perlu didukung kapur, spidol, penghapus), papan pengumuman (untuk menunjukkan nama, kelas, ruangan, petunjuk jalan, pengumuman tertentu terkait agenda lembaga PAUD), majalah dinding/ mading (memajang foto kegiatan, hasil karya anak), papan magnet, papan kain, lukisan (berisi gambar yang dikenal/ pantas bagi anak).

Di masa kini muncul pula pajangan yang lebih canggih (Yaumi, 2018: 140-141), seperti : papan tulis elektronik (dibantu alat cetak dengan port USB dan PC) dan papan tulis interaktif (memiliki teknologi layar sentuh, perlu dibantu PC atau proyektor dan tinta digital, dapat diintergrasikan dengan internet)— digunakan untuk menampilkan gambar yang pantas bagi anak, mengakses website atau video pendidikan untuk anak.

c.     Media proyeksi à menampilkan bahan melalui layar menggunakan mesin tertentu seperti OHP, LCD proyektor, atau kamera digital yang terhubung dengan film, televisi, dan komputer./ laptop (Yaumi, 2018: 142-147). Bagi AUD, media proyeksi dapat menampilkan gambar, teks, suara/ lagu, video yang mendukung pembelajaran PAUD. Perlu didukung komputer/ laptop sebelum memproyeksikan bahan-bahan visual tersebut. Contoh : pendidik mengajak anak menonton video pentas seni dengan cara memproyeksikan video tersebut ke dinding di aula menggunakan LCD dan laptop.

d.     Obyek (3D) à disebut juga sebagai benda asli atau realia yang berfungsi untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya/ situasi kehidupan nyata (Yaumi, 2018: 148). Realia dipandang sebagai benda-benda seperti uang logam, peralatan, dan bahan tekstil yang tidak termasuk dalam kategori bahan cetak dan bahan tiruan/ model/ contoh yang diperoleh dengan cara meminjam, membeli, atau sumbangan untuk dipakai dalam pembelajaran di kelas atau dipamerkan di pameran (Sukrina, 2014).

Penggunaan media ini dapat dilakukan dengan menghadirkan langsung di hadapan anak atau mengajak keluar kelas/ lembaga PAUD menuju lokasi di mana obyek yang sesungguhnya berada melalui field trip (karyawisata).

§  Menghadirkan langsung obyek dilakukan jika lembaga menggunakan model sentra dan anak diajak belajar di sentra bahan alam, sentra main peran (sosiodrama), sentra persiapan, sentra masak, atau sentra seni. Pendidik menghadirkan obyek sebenarnya (meskipun bekas), seperti : alat rumah tangga—piring mangkuk, sendok garpu, panci, meja kursi kayu,; makanan—buah, sayuran, biji, umbi, roti, makanan kaleng, snack, bumbu rempah; pakaian—baju, celana, rok, jaket, topi, sandal, sepatu, sarung, mukena, kacamata; bahan literasi—buku, surat kabar, majalah, komik, album foto; alat pertanian—keranjang, topi petani, karung; tumbuhan—bunga, kaktus, daun, akar, ranting; binatang—kucing, ayam, kelinci, burung, kura-kura, anjing, semut, kupu-kupu, ulat, cacing; hasil kerajinan—anyaman, rajutan, seni origami/ melipat kertas, batik, patung, tembikar, vas bunga, roda, batu akik, bola; alat budaya/ etnik—busana adat, panah, gamelan, tembikar, alat musik.

§  Pendidik mengajak anak berkunjung ke perpustakaan untuk mengenal obyek literasi; ke peternakan untuk mengenal sapi, kuda, ayam, ikan; ke sawah untuk mengenal tanaman padi dan palawija; ke pantai untuk membangun istana pasir dan mengenal kerang/ kepiting; ke swalayan untuk pembelajaran jual beli/ untung rugi; ke Oemah Keboen Unnes untuk mengenal perkembangbiakan kupu-kupu; dan sebagainya.

e.     Model à merupakan benda buatan/ rakitan manusia sebagai representasi benda asli. Model boleh jadi sama ukuran dan warna, sangat lengkap, atau berbentuk sederhana namun disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran (Yaumi, 2018: 150). Untuk PAUD, model biasa dijumpai di sentra peran yaitu berupa APE tiruan dengan warna yang menarik minat anak seperti : alat main peran kedokteran, alat main peran rumah tangga, alat main peran pertukangan/ pertanian, alat main peran makanan dan binatang.

 

2.     Penerapan Bentuk Teknologi Audio dalam Pembelajaran AUD

Selain visual, teknologi dalam pembelajaran juga dapat berupa media audio. Media ini umumnya berupa suara manusia, suara hewan, suara mesin, suara alam, dan suara berisik yang direkam, ataupun suara yang asli. Namun yang umum digunakan dalam kelas pembelajaran adalah suara yang sudah terekam melalui auditape atau compact disk (CD) (Yaumi, 2018: 12).

Media audio sebaiknya disajikan interaktif agar penerima informasi dapat menerima informasi dengan pemahaman yang maksimal. Sebelum disajikan, para penerima juga harus dalam kondisi yang siap mendengarkan. Adapun batas konsentrasi anak usia dini dalam menerima informasi dari media audio hanya sekitar 15 menit, sedangkan orang dewasa mampu selama 25 menit atau lebih. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan pemberi informasi.

Kelebihan media audio adalah memancing pemikiran abstrak pendengar tanpa adanya visualisasi informasi, karena itu media audio masih kurang pantas bagi anak usia dini pada rentang usia 0 s.d 6 tahun. Sesuai teori Piaget, kognisi berpikir abstrak anak baru muncul pada usia 7 tahun, meskipun mereka sudah memiliki daya imajinasi. Untuk itu, bahan audio sebaiknya digunakan apabila anak sudah memiliki konsep tentang informasi terkait bahan tersebut.

Contoh penerapan : bermain menebak suara binatang/ kendaraan (anak sudah pernah melihat dan mendengar binatang/ kendaraan tersebut), melatih fisik motorik anak dengan kegiatan senam/ gerak dan lagu yang iringannya berisi instruksi (misalnya “Angkat kedua tangan ke atas… lalu bertepuk tangan).

 

3.     Penerapan Bentuk Teknologi Visual-Audio dalam Pembelajaran AUD

Teknologi visual audio atau teknologi video adalah media yang menampilkan gambar bergerak dengan menggunakan layar televisi atau monitor komputer yang formatnya disertai dengan suara. Bentuk teknologinya seperti videotape, DVD, dan webcast (Yaumi, 2018: 12). Media ini termasuk media elektronik yang memungkinkan pengungkapan melalui saluran elektronik, menggunakan peralatan seperti rekaman, radio, dan televisi (Admiranto, 2010).

Media ini cocok digunakan dalam pembelajaran AUD sebab anak menerima informasi dari visual dan audionya. Tidak seperti media audio, media video ini akan memperlama konsentrasi anak, yaitu jika tampilan atau penayangannya menarik minat dan perhatian anak. Tidak seperti media audio, media ini justru menyingkat daya imajinasi anak, karena gambar dan suara muncul beriringan sehingga anak tidak perlu membayangkan/ berimajinasi maksimal seperti saat mereka harus membayangkan informasi yang didengarnya dari media audio.

Untuk penerapannya di PAUD, pendidik dapat mengajak anak belajar tentang suatu materi dengan menampilkan video pembelajaran. Dengan menggunakan komputer atau laptop, pendidik memutar video yang filenya tersimpan di CD, DVD, flashdisk, atau di storage disk. Jika anak yang dilibatkan lebih banyak, maka boleh menggunakan LCD untuk memproyeksikan video tersebut. Tidak lupa memasang piranti audio seperti speaker agar gambar bergerak dari video memperdengarkan suara/ musik/ lagu sebagai iringannya. Di lembaga tempat saya bekerja, pernah dilakukan kegiatan menonton bersama video anak islami, video mencuci tangan yang benar, serta film animasi Moana di aula dengan menggunakan laptop, speaker, dan file dari flashdisk. Selain itu, pernah pula memperlihatkan video proses metamorfosis kupu-kupu dengan menggunakan smartphone di mana filenya diunduh dari YouTube (terhadap 5 anak).

Adapun kesulitan yang dialami dalam penerapan teknologi ini yaitu: perhatian penonton sulit dikuasai, pengentian pemutaran video akan menganggu fokus, penonton tidak dapat memahami dengan baik jika video diputar terlalu cepat, partisipasi penonton jarang dipraktikkan (cenderung pasif), sifat komunikasi biasanya searah, kurang menampilkan detail obyek materi yang disajikan, dan terkadang memerlukan alat mahal dan kompleks.

Adapun solusi untuk kesulitan-kesulitan tersebut, yaitu : pengguna berusaha menerampilkan dirinya dalam mengoperasikan alat berteknologi visual audio seperti komputer/ laptop. Dalam penerapannya, sebaiknya diadakan selingan kalau-kalau penonton merasa bosan atau lelah memperhatikan tayangan visual atau mendengarkan audio dari materi yang dipertontonkan.

 


sumber referensi :

Admiranto, A. Gunawan. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media/ Danesi, Marcel (Cetakan I). Yogyakarta : Percetakan Jalasutra

Ryandika, Rafael. (2016). 5 Panduan Internet Ramah Anak. Diakses pada tanggal 17 November 2018 dari http://intisari.grid.id/read/0335707/5-panduan-internet-ramah-anak?page=all

Yaumi, Muhammad. (2018). Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DANA PENDIDIKAN 20% DARI APBN & ABPD? BENARKAH?

AUD YANG BERETIKA DI ERA KEMAJUAN PERADABAN