PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK (PIAGET, VYGOTSKY, & NEO PIAGET)

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK 

MENURUT PIAGET, VYGOTSKY, DAN ALIRAN NEO PIAGET

 

[Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik AUD] 

Disusun oleh Yefie Virgiana & Faizah (virgiana15shy@gmail.com)


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Sudah menjadi keharusan bagi siapapun yang berkecimpung dalam bidang pendidikan anak usia dini atau PAUD untuk memahami perihal pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan lebih mengacu pada perubahan diri seorang individu dari segi kuantitas organ fisik, sedangkan perkembangan mengacu pada peningkatan fungsi kualitas mental individu.

Baik pertumbuhan maupun perkembangan sama-sama terjadi pada enam aspek yaitu nilai moral dan agama, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni; yang semua aspeknya harus dapat terstimulus agar anak tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat, cerdas, dan matang.

Beberapa ahli baik dari dalam maupun luar negeri juga telah banyak menyumbangkan teorinya tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satunya adalah Jean Piaget yang dikenal luas hingga kini akan pendapatnya yang luar biasa tentang teori perkembangan kognitif anak. Selain itu, ada pula Lev Vygotsky yang ikut andil dalam menganalisis tentang teori perkembangan kognitif anak dalam sudut pandang yang berbeda. Namun tentu masih perlu diadakan evaluasi terhadap teori-teori kedua ahli tersebut karena peradaban zaman sekarang yang semakin maju sekaligus perubahan kondisi di dunia dengan segala aspek kehidupannya sehingga perlu pula penemuan-penemuan atau teori-teori baru yang sekiranya dapat menyesuaikan.

 

B.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka disusunlah beberapa rumusan masalah sebagai berikut ini :

1.     Bagaimana konsep kognitif dan perkembangan kognitif anak?

2.     Bagaimana Piaget merumuskan teori perkembangan kognitif anak?

3.     Bagaimana Vygostky merumuskan teori perkembangan kognitif anak?

4.     Apakah terdapat perbedaan di antara teori kedua ahli tersebut? Apa saja?

5.     Apakah terdapat evaluasi terhadap teori kedua ahli tersebut? Apa saja?

6.     Bagaimana penerapan teori kedua ahli tersebut dalam dunia pendidikan?

7.     Bagaimana analisis teori Piaget dan Vygostky apabila dibandingkan dengan standar capaian perkembangan anak yang dimiliki pemerintah Indonesia yaitu Permendikbud RI Nomor 137 tahun 2014?

 

C.    TUJUAN PENULISAN

1.     Memahami konsep kognitif dan perkembangan kognitif anak.

2.     Memahami teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget.

3.     Memahami teori perkembangan kognitif anak menurut Vygostky.

4.     Memahami perbedaan di antara teori Piaget dan Vygostky.

5.     Memahami evaluasi terhadap teori Piaget dan Vygostky.

6.     Memahami penerapan teori Piaget dan Vygostky dalam dunia pendidikan.

7.     Menganalisis dan memahami perbandingan antara teori-teori Piaget dan Vygostky dengan standar capaian perkembangan anak pemerintah RI.

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    KONSEP KOGNITIF DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF AUD

Isilah kognitif atau cognitive berasal dari kata asing cognition yang berarti pengertian, mengerti. Berikut ini beberapa pengertian kognitif  menurut ahli :

1.     Margaret W. Matlin (1994) menyatakan bahwa kognisi atau aktivitas mental yang melibatkan kegiatan memperoleh, menyimpan, mencari, dan menggunakan ilmu pengetahuan.

2.     Myers (1996) menyatakan bahwa kognisi mengacu pada semua aktivitas mental yang berkaitan dengan berpikir, memahami, dan mengingat.

3.     Drever dalam buku Dictionary of Psychology menyebutkan bahwa kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran.

4.     Chaplin (2002) menyebutkan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai. 

5.     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan/ melibatkan kognisi; berdasarkan pada pengetahuan faktual yang empiris.

6.     Permendikbud RI Nomor 137 tahun 2014 yang kini menjadi pedoman utama bagi penyusunan kurikulum terbaru jenjang PAUD di Indonesia, yang menyatakan bahwa lingkup kognitif anak yaitu meliputi belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berpikir simbolik.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa kognitif mencakup aspek mental dan intelektual seorang individu untuk mengerti informasi dari sekitar. Kognitif juga menjadi salah satu aspek perkembangan individu yang kemudian dapat disebut dengan perkembangan kognitif. Maka tentu saja perkembangan kognitif adalah perkembangan yang terjadi pada aspek mental dan intelektual individu.


 

B.    TEORI PERKEMBANGAN KOGNTIF JEAN PIAGET

Piaget berpikir bahwa tubuh fisik seorang individu memiliki struktur yang mampu untuk beradaptasi dengan dunia, begitu pula dengan struktur mentalnya. Piaget juga menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia-dunia kognitif mereka sendiri; informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka. Ia menemukan bagaimana anak-anak, pada tahapan yang berbeda dalam perkembangan mereka, memandang dunia dan bagaimana perubahan yang sistematis terjadi dalam pikiran mereka.

1.     Aspek Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget yakin bahwa terdapat proses-proses penting yang digunakan anak saat membangun pengetahuan tentang dunia. Proses tersebut yaitu :

a.     Skema, yaitu aksi atau representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan. Dalam teori Piaget, skema-skema perilaku (aktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan skema-skema mental (aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak (Lamb, Bornstein, dan Teti : 2002). Skema bayi disusun oleh tindakan sederhana yang diterapkan pada obyek tertentu seperti tindakan menyusu, melihat, dan menggenggam. Anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi berbagai strategi dan perencanaan untuk mengatasi persoalan. Sebagai contohnya, seorang anak berusia lima tahun mungkin memiliki skema yang meliputi strategi mengklasifikasikan obyek sesuai ukuran.

b.     Adaptasi, meliputi penyesuaian terhadap tuntutan-tuntutan baru dari lingkungan. Proses ini dinyatakan Piaget menjadi dua jenis, yaitu :

-       Asimilasi, yang terjadi ketika anak-anak memasukkan informasi baru ke dalam skema-skema yang ada. 

-       Akomodasi, yang terjadi ketika anak-anak menyesuaikan skema mereka dengan informasi dan pengalaman baru. 

c.     Organisasi, yang merupakan pengelompokan perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran yang terisolasi ke dalam sistem yang lebih teratur dan lebih tinggi sehingga anak-anak secara sadar mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka.

d.     Penyeimbangan, adalah suatu mekanisme yang diajukan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak-anak berpindah dari satu tahap pemikiran ke tahapan pemikiran berikutnya. Perpindahan ini terjadi karena anak mengalami konflik kognitif dalam usahanya memahami dunia.

2.     Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget

Setiap tahapan berhubungan dengan usia anak yang bersangkutan dan terdiri atas cara-cara pemikiran yang unik. Untuk itu, Piaget yakin bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu:

a.     Tahap sensorimotorik (0 s.d 2 tahun)

Menurut Piaget, pada tahapan ini bayi menyusun pemahaman duniawi dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (contohnya melihat/ mendengar) dengan aksi motorik. Terdapat enam sub tahapan, yaitu :  

-       Refleks-refleks sederhana, yang terjadi pada masa bulan pertama setelah kelahiran. Sensasi dan tindakan dikoordinasikan melalui perilaku refleks seperti refleks menyusui. Bayi sedang mempelajari sebuah tindakan dan secara aktif menyusun berbagai pengalaman pada bulan pertama hidupnya. Contohnya bayi akan menyusu dari puting susu ibunya atau botol dot hanya saat benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam mulut bayi atau disentuhkan ke bibirnya.

-       Kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer, yang berkembang pada usia 1 s.d 4 bulan. Bayi mengkoordinasi sensasi dengan dua tipe skema yaitu reaksi sirkuler primer dan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan (habits) adalah skema berdasarkan pada suatu refleks yang seluruhnya terpisah dari stimulus yang mendatangkannya. Sebagai contoh adalah bayi tetap melakukan gerak menyusu di saat tidak ada botol. Reaksi sirkuler primer adalah sebuah skema yang didasarkan pada usaha menghasilkan kembali suatu kejadian yang awalnya terjadi secara kebetulan/ tidak sengaja. Contohnya di saat bayi tiba-tiba meghisap jarinya saat jari itu diletakkan dekat mulut, dan selanjutnya ia mencari jarinya untuk dihisap lagi. Reaksi sirkuler primer dan kebiasaan dilakukan oleh bayi dengan duplikasi yaitu bayi mengulangi tindakannya selalu dengan cara yang sama.

-       Reaksi sirkuler sekunder, yang berkembang di usia 4 s.d 8 bulan. Bayi menjadi lebih berorientasi pada obyek, sehingga berpindah keasyikan pada dirinya sendiri. Namun bayi hanya menirukan gerakan yang sudah mampu dilakukannya, sebab saat bayi dihadapkan pada obyek-obyek di lingkungannya skemanya tidak dibentuk dengan sengaja (goal-directed). Contoh : bayi menirukan beberapa gerakan sederhana seperti gumaman orang dewasa.

-       Koordinasi reaksi sirkuler sekunder, yang berkembang di usia 8 s.d 12 bulan. Bayi mengkoordinasikan pandangan dan senntuhan (mata dan tangan), sehingga gerakannya menjadi lebih terarah. Contoh : bayi menggunkan tongkat untuk mengambil mainan yang ia inginkan namun berada di luar jangkauannya.

-       Reaksi sirkuler tersier, yang berkembang pada usia 12 s.d 18 bulan. Reaksi ini adalah skema di mana bayi secara sadar mengeksplorasi berbagai kemungkinan baru atas obyek-obyek di sekitarnya menjadi kesenangan baru dan keingintahuan. Bayi sudah tergugah minatnya dengan banyaknya obyek di lingkungan (juga hal lain yang dapat dijadikan sebagai obyek).

-       Internalisasi skema, yang berkembang pada usia 18 s.d 24 bulan. Bayi mengembangkan kemampuan menggunakan simbol primitif yang memampukan bayi untuk berpikir dengan kejadan-kejadian konkret tanpa harus memperagakan atau merasakannya. Contoh : bayi berekspresi menirukan ilustrasi pintu yang dibuka dan ditutup dengan cara membuka dan menutup mulutnya.

Pada akhir tahap sensorimotor, bayi mulai memahami bahwa obyek-obyek terpisah dari dirinya dan bersifat permanen. Inilah yang disebut dengan permanensi obyek yang merupakan pemahaman bahwa obyek akan tetap eksis bahkan ketika obyek tersebut tidak dapat lagi dilihat, didengar, atau disentuh. Dengan tercapainya hal tersebut menandakan bahwa bayi telah siap memasuki tahap selanjutnya (Nurdin, 142).


 

b.     Tahap praoperasional (2 s.d 7 tahun)

Menurut Piaget, pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan menyusun ulang dalam pemikiran hal-hal yang telah dibentuk dalam perilaku. Anak mulai mempresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Konsep stabil mulai terbentuk, pemikiran mental muncul, egosentrisme tumbuh, dan keyakinan magis mulai terkonstruksi. Pemikiran praoperasional dapat dibagi menjadi :

-       Sub tahapan berpikir simbolik, terjadi pada anak usia 2 s.d 4 tahun. Anak mendapatkan kemampuan untuk menggambarkan secara mental sebuah obyek yang tidak ada; menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah, mobil, dan sebagainya; anak mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan “pura-pura” (permainan menganggap dirinya sebagai seseorang/ sesuatu). Meski begitu, kemajuan pemikiran anak memiliki batas-batas yang penting yaitu egosentrisme dan animisme. Egosentrisme adalah ketidakmampuan dalam membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain. Sedangkan animisme yaitu keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak dapat hidup dan mampu bertindak.

-       Sub tahapan berpikir intuitif, terjadi pada anak usia 4 s.d 7 tahun. Anak-anak mulai menggunakan pemikiran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Disebut intuitif oleh Piaget karena anak tampaknya sangat yakin dengan pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak sadar bagaimana mereka mengetahui apa yang mereka ketahui. Pemikiran tahap ini juga memiliki batasan, yaitu sentralisasi yang merupakan pemusatan perhatian pada satu karakteristik dan pengabaian karakteristik lainnya. Buktinya, anak gagal memahami angka, bahan, panjang, volume, dan area.

Pencapaian penting pada tahap ini adalah berkembangnya fungsi semiotik atau pembelajaran simbol sehingga anak mampu membentuk pencitraan mental untuk merepresentasikan sesuatu (Nurdin, 143).

 

 

c.     Tahap operasional konkret (7 s.d 11 tahun)

Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh yang konkret/ spesifik. Anak dapat menunjukkan operasi-operasi konkret yang merupakan tindakan mental dua-arah (reversible) tehadap obyek-obyek konkret. Operasi-operasi tersebut yaitu :

-       Konservasi, yaitu kesadaran bahwa perubahan penampilan obyek tidak mengubah dasarnya. Hal ini melibatkan pemahaman bahwa panjang, jumlah, massa, area, berat, dan volume dari obyek dan zat kimiawi tidak berubah meskipun penampilannya berganti.

-       Klasifikasi, yaitu kemampuan mengklasifikasi dan memahami relasi antarbenda tersebut. Hal ini ini meliputi seriasi (seriation) dan transivitas (transivity). Seriasi adalah tindakan mengurutkan stimuli di antara dimensi kuantitatif (seperti panjang), sedangkan transivitas yaitu kemampuan memikirkan relasi gabungan.

Adapun pencapaian kritis pada tahap ini adalah kompetensi konservasi dan reservabilitas dalam memahami konsep kuantitas (Nurdin, 144)

d.     Tahap operasional formal (11 tahun s.d dewasa)

Individu bergerak melalui pengalaman konkret dan berpikir dalam cara abstrak dan lebih logis, sudah mampu pula mengembangkan gambaran tentang situasi yang ideal. Kemudian dalam menyelesaikan persoalan, pemikir formal akan lebih sistematis. Adapun indikasi kualitas abstrak pada pemikir formal adalah sebagai berikut :

-       Pemikiran abstrak, idealis, dan logis sehingga individu mampu menyelesaikan masalah yang dipresentasikan secara verbal.

-       Pemikiran hipotesis-deduktif, yaitu mengembangkan hipotesa atau perkiraan terbaik, dan secara sistematis menyimpulkan langkah-langkah terbaik guna pemecahan masalah.

-       Egosentrisme remaja, yaitu kesadaran diri yang bertambah tinggi yang mengangga bahwa semua orang tertarik pada diri mereka, disertai dengan munculnya perasaan unik dan tidak terkalahkan.

-       Penonton imajinatif, yang meiputi perilaku mencari perhatian atau usaha agar diperhatikan/ dilihat dan menjadi “di atas panggung”.

-       Fabel personal, yang melibatkan kesadaran akan keunikan dan kedigjayaan pribadi sehingga menimbulkan perasaan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memahami perasaan mereka.

Individu yang telah mencapai tahap ini berwawasan luas, dengan tetap bersikap kritis dalam alur logika formal dalam batasan paradigma. Penalarannya dilakukan dalam konteks logis, formal, kausalitas (sebab akibat), sistematik (teratur), dan simbolik (Nurdin, 145).

3.     Piaget dalam Pendidikan

a.     Gunakan pendekatan konstruktif. Piaget menekankan bahwa anak-anak belajar dengan baik ketika aktif dan mencari solusi secara mandiri.

b.     Melakukan pembelajaran filsafatif, dan bukan pembelajaran langsung. Di mana guru yang efektif mendesain situasi-situasi yang membiarkan para siswanya dapat belajar sambil bertindak.

c.     Pertimbangkan pengetahuan anak dan tingkat pemikiran mereka. Guru perlu menerjemahkan apa yang dikatakan seorang siswa dan merespon secara yang tidak terlampau jauh dari tingkat pemikiran mereka.

d.     Gunakan penilaian yang berkesinambungan, dengan metode apapun.

e.     Tingkatkan kesehatan intelektual siswa. Anak-anak seharusnya tidak dipaksa dan ditekan untuk belajar terlalu banyak dan terlalu dini dalam perkembangan mereka, sebelum mereka siap dan matang.

f.      Ubahlah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan. Guru mendorong interaksi antarsiswa selama pelajaran dan permainan berlangsung karena perbedaan sudut pandang siswa justru memberikan kontribusi terhadap kemajuan berpikir mereka.

4.     Evaluasi terhadap Teori Piaget

a.     Kelebihan

-       Teori Piaget memberikan kontribusi pada bidang perkembangan psikologi terutama kognitif anak tentang konsep matang perihal keseimbangan antara kekuatan dan daya tarik : skema, asimilasi, akomodasi, permanensi obyek, egosenstrisme, dan lainnya; perihal pandangan bahwa anak sebagai pemikir aktif dan konstruktif.

-       Piaget sangat teliti dalam menemukan bagaimana anak berperilaku dan beradaptasi dengan perkembangan, seperti perpindahan dari pemikiran praoperasional menuju operasional konkret.

b.     Kekurangan

-       Penelitian terbaru menemukan bahwa kemampuan kognitif dapat muncul lebih cepat atau justru lebih lambat dari perkiraan Piaget.

-       Perkembangan kognitif anak tidaklah berupa tahapan seperti yang diperkirakan Piaget.

-       Beberapa anak pada satu tahapan kognitif (misalnya operasional) rupanya dapat dilatihkan untuk berpikir pada tahapan kognitif yang lebih tinggi (seperti operasional konkret).

-       Budaya dan pendidikan kuat berpengaruh pada perkembangan anak daripada yang diyakininya (Cole, 2005, 2006; Greenfield, 2000).

 

C.    TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY

Dikemukaan oleh Lev Vygotsky (1896 - 1934) yang berfokus pada kognisi anak-anak. Teori Vygotsky menekankan bahwa anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Dalam teorinya, anak-anak lebih sering digambarkan sebagai mahluk sosial yang mengembangkan cara dalam berpikir dan pemahaman, terutama melalui interaksi sosial (Gauvain, 2008; Gauvain dan Parke, 2010). Perkembangan kognitif anak-anak tersebut juga tergantung pada alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal (Gredler, 2008; Holzman, 2009).

1.     Zone of Proximal Development/ Zona Perkembangan Proksimal

Merupakan istilah Vigotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai anak seorang diri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Oleh karena itu batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri, sedangkan batas atasnya adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima anak dengan bantuan.

Gambarannya yaitu sebagai berikut :

BATAS ATAS

à tingkat tanggung jawab tambahan dengan pendampingan instruktur

 

“ZONA PERKEMBANGAN PROKSIMAL”

 

BATAS BAWAH

à tingkat pemecahan masalah oleh anak secara mandiri

 

2.     Konsep Perkembangan Sosial

Menurut Vigotsky perkembangan kognitif anak menjadi maju melalui interaksi sosial dengan individu-individu terlatih dalam latar belakang sosial budaya.

3.     Konsep Perkembangan Bahasa

Anak menggunakan bahasa tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu menyelesaikan masalah. Vigotsky (1962) lebih jauh berpendapat bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan, membimbing dan memantau perilaku mereka. Penggunaan bahasa untuk pengaturan diri (self regulation) disebut private speech. Meskipun oleh Piaget private speech dinyatakan egosentris dan tidak dewasa, tetapi bagi Vygotsky, private speech justru menjadi perangkat pemikiran anak yang penting selama masa kanak-kanak awalnya (John-Steiner, 2007).

4.     Konsep Scaffolding

Konsep ini terkait erat dengan konsep ZPD, di mana scaffolding adalah perubahan tingkat dukungan dari orang yang lebih ahli (guru atau teman sebaya yang lebih mahir, instruktur) menyesuaikan jumlah pendampingan sehingga dapat memantapkan kemampuan anak.

5.     Konstruktivisme

Pendekatan ini menekankan pada konteks sosial dalam pembelajaran dan konstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial (Mooney, 2006).

6.     Penerapan Teori Kognitif Vygotsky dalam Pendidikan

a.     Nilailah ZPD anak dan gunakan dalam mengajar. Penilaian sebaiknya difokuskan untuk menentukan ZPD anak sehingga guru mengenalkan anak pada tugas-tugas yang bervariasi tingkat kesulitannya.

b.     Manfaatkan lebih banyak teman sebaya yang terampil sebagai guru sebab anak juga memperoleh manfaat dari dukungan dan bimbingan anak-anak lain yang lebih terampil darinya.

c.     Awasi dan dorong anak agar memanfaatkan private/ inner speech.

d.     Tempatkan instruksi pada konteks yang bermakna. Para pendidik bisa memberi kesempatan pada anak untuk belajar dari materi yang abstrak.

7.     Evaluasi terhadap Teori Vygotsky

a.     Kelebihan à pandangan Vygotsky tentang pentingnya pengaruh sosial budaya dalam perkembangan anak, sesuai dengan keyakinan saat ini akan pentingnya penelaahan faktor kontekstual dalam pembelajaran (Fidalgo dan Pereira, 2005; Kozulin, 2000; Rowe dan Wertsch, 2004).

b.     Kekurangan à Vygotsky terlalu menekankan peran bahasa individu, kolaborasi, dan pembimbingan dalam berpikir.

 

D.    TEORI PERKEMBANGAN KOGNTIF NEO PIAGET

1.     Latar Belakang Munculnya Neo Piaget

Menurut Piaget, anak aktif menyusun pengetahuan dan pemahaman dalam tahapan yang berbeda. Di setiap tahapan, anak mengembangkan skema yang berbeda secara kualitatif, yang memampukan anak memandang dunia dengan cara-cara baru. Kemudian muncul alternatif dari penganut aliran neo-Piaget yang berpendapat bahwa beberapa hal yang dikemukakan oleh Piaget adalah benar, meskipun teorinya memerlukan banyak revisi.

Aliran ini memberikan penekanan pada cara anak menggunakan perhatian, memori, dan strategi untuk memproses informasi (Case, 1987, 1999; Case dan Mueller, 2001). Mereka secara akurat memperhatikan pada strategi-strategi anak, kecepatan anak dalam memproses informasi, keterlibatan tugas khusus, dan pembagian permasalahan ke dalam langkah-langkah yang lebih kecil dan tepat (Demetriou, 2011).

2.     Aliran Neo Piaget/ Pendekatan Proses-Informasi

Pendekatan ini berfokus pada cara anak dalam memproses informasi, yaitu tentang bagaimana memanipulasi informasi, memonitor, dan menciptakan strategi menanganinya (Munkata, 2006; Sieglar, 2001, 2006; Sieglar dan Alibali, 2005). Proses informasi yang efektif meliputi perhatian, memori, dan proses berpikir; gambarannya sebagai berikut (Santrock, 2011) :

a.     Perhatian, adalah pemusatan sumber-sumber mental dengan tiga pola, yaitu perhatian berkelanjutan, perhatian selektif, dan perhatian terbagi. Perhatian berkelanjutan terjadi secara acak dan berupa kewaspadaan. Perhatian selektif berarti individu secara selektif memilih informasi mana yang patut untuk dijadikan perhatian olehnya. Perhatian terbagi dimunculkan terhadap beberapa aktivitas/ informasi secara bersamaan.

b.     Memori, adalah penyimpanan informasi sepanjang waktu yang didapat berurutan sejak proses penyandian, penyimpanan, hingga pengingatan kembali. Memori dapat diklasifikasikan menurut sifat permanensinya, yaitu memori jangka pendek, memori jangka panjang, dan memori kerja. Memori jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas terbatas di mana informasi disimpan selama 15 s.d 30 detik, kecuali terdapat strategi untuk mempertahankannya. Memori jangka panjang sifatnya relatif permanen dan tidak terbatas. Sedangkan memori kerja adalah alat mental individu untuk memanipulasi dan merakit informasi sambil mengambil keputusan akan masalah, dan mengkomunikasikan.

c.     Proses berpikir, melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori. Melalui berpikir, manusia mampu membayangkan hal-hal yang konkret maupun abstrak, merenungkan masa lampau maupun masa depan, membayangkan realita atau fantasi, introspeksi, membuat pertimbangan/ keputusan, evaluasi ide, dan menyelesaikan persoalan.

Kesimpulannya, menurut pendekatan aliran neo-Piaget ini, perkembangan kognitif anak merupakan hasil dari kemampuan anak untuk menyelesaikan batasan proses dengan cara yang secara terus-menerus meningkatkan pelaksanaan operasi dasar mereka, memperluas kapasitas proses informasi, sambil meraih pengetahuan dan strategi baru. Untuk itu, aliran neo-Piaget dapat disebut pula sebagai pendekatan proses-informasi.

3.     Perbandingan Teori Piaget dan Pandangan Aliran Neo Piaget

a.     Persamaan à seperti Piaget, aliran neo-Piaget juga mengindentifikasi kemampuan kognitif beserta batas-batasnya pada poin-poin yang bervariasi di dalam perkembangan. Keduanya mendeskripsikan cara-cara seseorang memahami (atau tidak memahami) konsep-konsep pada poin-poin yang berbeda dalam kehidupan. Keduanya juga menjelaskan pemahaman yang lebih maju akan semakin berkembang menggantikan pemahaman sebelumnya dengan penekanan bahwa pemahaman yang telah ada akan memudahkan individu untuk meraih pemahaman baru.

b.     Perbedaan à aliran neo-Piaget tidak melihat perkembangan sebagai sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan para individu secara bertahap justru meningkatkan kapasitas pemrosesan informasinya sehingga memampukan mereka meraih pengetahuan dan keahlian yang kompleks (Garton, 2004; Halford, 2004; Siegler, 2004; Mayer, 2003). Dibandingkan Piaget, aliran neo-Piaget lebih berfokus pada analisis-analisis yang lebih rinci perihal perubahan yang terjadi, dan menjelaskan kontribusi aktivitas-aktivitas kognitif seperti penyandian dan strategi-strategi bagi perubahan tersebut.

 

E.    STTP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MENURUT PERMENDIKBUD RI NOMOR 137 TAHUN 2014

Kelompok usia lahir s.d 12 bulan

 

Usia

Lingkup Perkembangan Kognitif

Mengenali Lingkungan di Sekitarnya

Menunjukkan Reaksi atas Rangsangan

0 - 3 bulan

1. Mengenali wajah orang terdekat (ayah/ibu)

2. Mengenali suara orang terdekat (ayah/ibu)

Memperhatikan benda bergerak atau suara/ mainan yang menggantung di atas tempat tidur

3 - 6 Bulan

1.  Memperhatikan benda yang ada di hadapannya

2.  Mendengarkan suara-suara di sekitarnya, ingin tahu lebih dalam benda yang dipegangnya (cara membongkar, membanting dll)

Mengulurkan kedua tangan untuk meminta (misal : digendong, dipeluk, dipangku)

6 - 9 Bulan

Mengamati berbagai benda yang bergerak

1.    Mengamati benda yang dipegang kemudian dijatuhkan

2.    Menjatuhkan benda yang dipegang secara berulang

3.    Berpaling ke arah sumber suara

9 - 12 Bulan

Memahami perintah sederhana

1.    Memberi reaksi menoleh saat namanya dipanggil

2.    Mencoba mencari benda yang disembunyikan

3.    Mencoba membuka/ menutup gelas/ cangkir

 

Kelompok usia 12 bulan s.d 24 bulan

(*ditambah dengan capaian perkembangan mengenali lingkungan di sekitar dan menunjukkan reaksi atas rangsangan dari usia sebelumnya)

 

Usia

Lingkup Perkembangan Kognitif

12 – 18 bulan

18 – 24 bulan

Belajar dan pemecahan masalah

1.  Menyebut beberapa nama benda, jenis makanan

2.  Menanyakan nama benda yang belum dikenal

3.  Mengenal beberapa warna dasar (merah, biru, kuning)

4.  Menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal

1.  Mempergunakan alat permainan dengan cara memainkannya tidak beraturan

2.  Memahami gambar wajah orang

3.  Memahami milik diri sendiri dan orang lainMenyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya

Berpikir logis

1.   Membedakan ukuran benda (besar-kecil)

2.   Membedakan penampilan yang rapi atau tidak

3.   Merangkai puzzle sederhana

1.   Menyusun balok dari besar ke kecil atau sebaliknya

2.   Mengetahui akibat dari suatu perlakuannya

3.   Merangkai puzzle

Berpikir simbolik

Menyebutkan bilangan tanpa menggunakan jari dari 1 s.d 10 tetapi masih suka ada yang lewat

Menyebutkan angka 1 s.d 5 dengan menggunakan jari

 

Kelompok usia 2 tahun s.d 4 tahun

(*ditambah dengan capaian perkembangan mengenali lingkungan di sekitar, menunjukkan reaksi atas rangsangan, belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, berpikir simbolik dari usia sebelumnya)

 

Usia

Lingkup Perkembangan Kognitif

2 - 3 tahun

3 - 4 tahun

Belajar dan pemecahan masalah

1.  Melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain

2.  Meniru cara pemecahan orang dewasa atau teman

3.  Konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orangtua

4.  Mengeksplorasi sebab dan akibat

5.  Mengikuti kebiasaan sehari-hari

1.  Paham bila ada bagian yang hilang dari suatu pola gambar

2.  Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya

3.  Menyebutkan berbagai macam kegunaan dari benda

4.  Memahami persamaan antara dua benda

5.  Memahami perbedaan antara dua benda

6.  Bereksperimen dengan bahan menggunakan cara baru

7.  Mengerjakan tugas sampai selesai

8.  Menjawab apa yang akan terjadi selanjutnya dari berbagai kemungkinan

9.  Menyebutkan bilangan angka 1-10

10.          Mengenal beberapa huruf atau abjad tertentu dari A s.d Z yang pernah dilihatnya

Berpikir logis

1.   Menyebut bagian-bagian suatu gambar

2.   Mengenal bagian tubuh

3.   Memahami konsep ukuran

4.   Mengenal tiga macam bentuk geometri dasar

5.   Meulai mengenal pola

6.   Memahami simbol angka dan maknanya

1.   Menempatkan benda dalam urutan ukuran

2.   Mulai mengikuti pola tepuk tangan

3.   Mengenal konsep banyak dan sedikit

4.   Mengenali alasan mengapa ada sesuatu tidak masuk dalam kelompok tertentu

5.   Menjelaskan model/ karya yang dibuatnya

Berpikir simbolik

1.   Meniru perilaku orang lain dalam menggunakan barang

2.   Memberikan nama atas karya yang dibuat

3.   Melakukan aktivitas seperti kondisi nyata

1.  Menyebutkan peran dan tugasnya

2.  Menggambar dan membentu sesuatu konstruksi yang mendeskripsikan sesuatu yang spesifik

3.  Melakukan aktivitas bersama teman dengan terencana

 

Kelompok usia 4 tahun s.d 6 tahun

(*ditambah dengan capaian perkembangan mengenali lingkungan di sekitar, menunjukkan reaksi atas rangsangan, belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, berpikir simbolik dari usia sebelumnya)

 

Usia

Lingkup Perkembangan Kognitif

4 - 5 tahun

5 – 6 tahun

Belajar dan pemecahan masalah

1.  Mengenal benda berdasarkan fungsi

2.  Menggunakan benda sebagai permainan simbolik

3.  Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari

4.  Mengetahui konsep banyak dan sedikit

5.  Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai pemecahan masalah

6.  Mengamati benda/ gejala dengan rasa ingin tahu

7.  Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu

8.  Memahami kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan sosial

1.  Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik

2.  Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial

3.  Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru

4.  Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah

Berpikir logis

1.   Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk, atau warna atau ukuran

2.   Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya

3.   Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama/ atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi

4.   Mengenal pola dan mengulanginya

5.   Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

1.   Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran : lebih dari, kurang dari, dan paling/ ter-

2.   Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan

3.   Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan

4.   Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya

5.   Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)

6.   Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yang sama/ kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan yang lebih dari 2 variasi

7.   Mengenal pola ABCD-ABCD

8.   Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya

Berpikir simbolik

1.   Membilang banyak benda 1 s.d 10

2.   Mengenal konsep bilangan

3.   Mengenal lambang bilangan

4.   Mengenal lambang huruf

1.  Menyebutkan lambang bilangan 1 s.d 10

2.  Menggunakan lambang bilangan untuk menghitung

3.  Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan

4.  Mengenal berbagai macam lambang huruf vokal, konsonan

5.  Merepresentasikan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan

 

F.    ANALISIS PERBANDINGAN TEORI PIAGET, VYGOSTKY, DAN NEO PIAGET DENGAN STTP PERKEMBANGAN KOGNITIF AUD MENURUT PERMENDIKBUD RI NOMOR 137 TAHUN 2014

1.     Analisis Teori Piaget dengan STTPA Perkembangan Kognitif

a.     Penyusunan STTP usia 0-3 bulan pada capaian mengenali lingkungan di sekitarnya dan menunjukkan reaksi atas rangsangan sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak yang dirumuskan Piaget, yaitu bayi pada tahapan sensorimotorik yang menyusun pemahaman dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris dan aksi motorik. Contoh : bayi melihat lama pada ibu dan mengenal wajah ibunya. Lalu pada usia 3-6 bulan di mana bayi makin menunjukkan ketertarikannya pada obyek selain dirinya, pada usia 6-9 bulan di mana bayi semakin asyik mengamati benda yang bergerak, pada usia 9-12 bulan di mana bayi akan bereaksi ketika mendengar namanya dipanggil.

b.     Penyusunan STTP usia 1-2 tahun pada capaian belajar dan pemecahan masalah sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak yang dirumuskan Piaget di mana anak sedang aktif secara belajar menyusun pengalaman melalui obyek di sekitar yang merangsang ingin tahunya.

c.     Penyusunan STTP usia 1-2 tahun pada capaian berpikir logis sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak yang dirumuskan Piaget di mana anak semakin tertarik dengan obyek di luar dirinya dan secara sadar mengeksplorasi melalui koordinasi tangan dan matanya.

d.     Penyusunan STTP usia 2-3 tahun pada capaian berpikir simbolik sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif yang dirumuskan Piaget di mana anak mulai melakukan permainan pura-pura sehingga mereka menirukan perilaku orang lain/ memperagakan perilaku seperti kenyataan. Anak juga menggunakan desain acak untuk menggambar.

e.     Penyusunan STTP usia 4-6 tahun pada capaian belajar dan pemecahan masalah sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak yang dirumuskan Piaget di mana anak sangat intutif sebab ngin mengetahui segala sesuatu dari benda/ gejala di sekitarnya.

f.      Penyusunan STTP usia 4-6 tahun pada capaian berpikir simbolik sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif yang dirumuskan Piaget di mana anak mulai mengenal konsep bilangan dan huruf.

2.     Analisis Teori Vygotsky dengan STTPA Perkembangan Kognitif

a.     Usia 0 s.d 1 tahun merupakan usia bermain bagi anak ketika mereka ingin mempelajari sesuatu. Maka bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif anak, karena selain memperoleh kesenangan, anak juga belajar bersama rasa ingin tahunya yang luas.

b.     Anak belum mampu berpikir abstrak, karena bagi mereka meaning atau makna dan objek masih berbaur jadi satu kesatuan.

c.     Bermain bersifat menyeluruh, selain untuk perkembangan kognitif, bermain juga mengasah sosial emosi karena saling berhubungan.

d.     Membantu guru memahami peran mereka dalam proses pembelajaran dengan menekankan pada proses bukannya hasil ataupun menekankan pentingnya pengembangan fungsi mental yang lebih tinggi.

e.     Mengarah pada rekomendasi khusus bagi perkembangan permainan, perkembangan kemampuan membaca dan menulis.

f.      Perkembangan individu adalah hal yang tidak terpisahkan dari sosial budaya yang merupakan suatu proses perkembangan mental, seperti ingatan, perhatian, dan penalaran dalam lingkup pembelajaran melalui temuan masyarakat. Perkembangan kognitif sosial anak merupakan hal penting untuk diperhatikan karena menjadi area yang membutuhkan pemrosesan utama dalam pembentukan karakter dalam meningkatkan potensi ingatan dan penalaran yang lebih baik. Untuk memaksimalkan perkembangan, seharusnya anak belajar dalam bimbingan orang lain atau teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks.

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    SIMPULAN

1.     Apabila kognitif mencakup aspek mental dan intelektual seorang individu untuk mengerti informasi dari sekitar, maka perkembangan kognitif adalah perkembangan yang terjadi pada aspek mental dan intelektual individu.

2.     Teori perkembangan kognitif anak menurut Piaget menekankan bahwa anak memperoleh memiliki pemahaman tentang dunianya secara refleks/ tiba-tiba melalui koordinasi sentuhan, pandangan, dan pikirnya.

3.     Teori perkembangan kognitif anak menurut Vygostky menekankan bahwa anak memperoleh memiliki pemahaman tentang dunianya dalam area ZPD dan dibantu dengan scaffolding oleh pihak yang lebih terampil.

4.     Perbedaan di antara teori Piaget dan Vygostky terletak pada penekanan perolehan pemahamannya, selagi Piaget menyatakan bahwa anak mampu berpikir dengan kemampuannya sendiri sedangkan Vygotsky menyanggah karena anak berpikir dengan bantuan bahasa dan interaksi sosial budaya.

5.     Masing-masing teori Piaget dan Vygostky sama-sama perlu dievaluasi karena masih terdapat kekurangan dalam menjelaskan bagaimana seorang individu memperoleh pemahaman tentang dunianya. Penyebabnya, Piaget yang terlalu mengabaikan aspek bahasa, sosial, dan budaya; sedangkan Vygotsky justru terlalu menekankan aspek-aspek tersebut.

6.     Penerapan teori Piaget dan Vygostky dalam dunia pendidikan yaitu sama-sama menganggap bahwa anak adalah pebelajar yang aktif selagi guru di sisinya harus bertindak sebagai fasilitator yang mendukungnya.

7.     Beberapa karakteristik perkembangan kognitif yang dikemukakan Piaget dan Vygostky rupanya selaras dengan standar capaian perkembangan anak yang diberlakukan di Indonesia, yaitu pada capaian belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, dan berpikir simbolik.


 

B.    SARAN

Saran berikut disusun dengan menyelaraskan teori Piaget dan Vygotsky :

1.     Guru sebaiknya mampu bersikap sebagai falisitator atau motivator dalam pembelajaran bersama anak, maka posisikan anak sebagai yang paling aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dengan begitu perkembangan kognitif anak akan terstimulus, begitu pula dengan perkembangan yang lainnya (seperti bahasa, sosial emosional, moral agama, dsb).

2.     Guru sebaiknya mampu mendesain ruang kelas/ ruang belajar yang dapat memancing anak agar belajar dengan penuh eksplorasi dan penemuan. Di samping itu, lakukan pula penilaian secara berkesinambungan.

3.     Selama anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan, dalam istilah teoritis anak bekerja dalam Zone of Proximal Development (ZPD) sehingga guru sebagai pembimbing sebaiknya mampu menyediakan scaffolding yang sesuai.

4.     Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa selain guru, teman sebaya juga dapat memberikan pengaruh penting pada perkembangan kognitif. Untuk itu guru dapat memanfaatkan kerja kelompok secara kooperatif karena tampaknya mempercepat perkembangan anak.

5.     Gagasan tentang kelompok kerja kreatif tersebut diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya (peer tutoring) yaitu seorang anak mengajari anak lainya yang agak tertinggal. Ilustrasinya satu anak dapat lebih efektif membimbing anak lainya melewati ZPD karena mereka sendiri baru melewati tahap itu sehingga dapat dengan mudah melihat kesulitan yang dihadapi anak lainya, di samping guru juga senantiasa menyediakan scaffolding yang sesuai.

6.     Tidak hanya di sekolah, di rumah pun bagi para orangtua yang sekiranya sudah mengenali area ZPD anak, sebaiknya ikut membimbing anak untuk dalam belajar dengan memberikan scaffolding yang sesuai.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Nurdin, Adnil Edwin. (2011). Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Permendikbud RI Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

Santrock, John. W., 2011. Perkembangan Anak Jilid 1. New York : McGraw-Hill


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DANA PENDIDIKAN 20% DARI APBN & ABPD? BENARKAH?

AUD YANG BERETIKA DI ERA KEMAJUAN PERADABAN