HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA DI BIDANG PAUD
DIMENSI HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
[Tugas Mata Kuliah Landasan Kependidikan]
Disusun oleh Yefie Virgiana & Dwitirta Mayasari (virgiana15shy@gmail.com)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mengapa setiap mahasiswa Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), juga orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, perlu mengkaji hakikat manusia?Setidaknya.Terdapat tiga alas an,
mengapa setiap mahasiswa LPTK dan orang yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan perlu mengkaji hakikat manusia mengantar pengkajinya untuk memiliki
hikmah mengenai manusia.Alasan kedua adalah karena tujuan institusional atau
tujuan LPTK yang utama adalah melahirkan tenaga kependidikan dalam berbagai
posisi (guru dan non guru). Alasan ketiga, terkait dengan alasan pertama dan
kedua yaitu bahwa pandangan calon tenaga kependidikan tentang konsep manusia
menentukan bagaimana ia memperlakukan manusia lain dan ke mana manusia tersebut
dibawa. Itulah mengapa perlu dipahami dan mengkaji tentang hakikat manusia.
Kemudian jika melihat
masalah-masalah yang terjadi di sekeliling kita di antaranya adalah penegakan
hukum tidak adil, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, penistaan agama, money politics, kekejaman penguasa,
korupsi, dan lain sebagainya di mana masalah tersebut menyebabkan kegaduhan
yang besar serta menghabiskan banyak energi dan biaya. Penyebabnya bisa saja
karena iklim kehidupan politik yang tidak kondusif, kesenjangan ekonomi, atau nilai-nilai
Pancasila/ Kebhinekaan yang tidak diamalkan dengan baik.Masalah-masalah
tersebut adalah cermin dari fenomena manusia Indonesia yang kurang memiliki
karakter. Jika akar dari masalah-masalah besar tersebut tidak diperbaiki,
masalah tersebut akan terus berulang.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
hakikat manusia dalam berbagai dimensi?
2.
Bagaimana
pengembangan dimensi hakikat manusia dalam bidang pendidikan?
3.
Bagaimana implikasi
wawasan tentang hakikat manusia terhadap bidang pendidikan anak usia dini?
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
KONSEP
HAKIKAT MANUSIA
Berikut
ini disajikan sejumlah pengertian tentang hakikat manusia dalam buku Pengantar
Ilmu Pendidikan (Munub, 2010 : 4-5) :
1. Kepustakaan
Hindu (Ciwa) pada umumnya menyatakan bahwa atman
manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus merupakan
penjelmaannya.
2. Kepustakaan
agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk sengsara, merupakan
wadah dari the absolute yang hidupnya .penuh kegelapan, sehingga tak sanggup
melihat kenyataan,
3. Pendapat
kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah
manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, manusia merupakan sari dari semua makhluk. Ia merupakan
mikrokosmos, di mana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya serta memiliki
kecerdasan. Akan tetapi, Karen ketidaktelitiannya akan segala sesuatu, maka
manusia hidup di alam ilusi, pura-pura, dan palsu.
4. Socrates
menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk
menentukan hikmah dan kebaikan. Sementara Plato menonjolkan peran pikir yang
dapat melahirkan budi baik, dengan demikian hakikat manusia terletak pada
hatinya sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa hakikat manusia terletak pada
pikirnya tetapi perlu dilengkapi dengan hasil pengamatan indera.
5. Aliran
humanistik menyatakan bahwa manusia merupakan kemenyeluruhan dalam segala
dimensinya. Spinosa menyatakan bahwa hakikat manusia sama dengan hakikat Tuhan
dan alam semesta. Notonegoro menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk
monodualistis antara jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan.
6. Ahli
biologi cenderung melihat hakikat manusia secara ragawi. Sehingga Democritus
menganggap manusia adalah atom.
7. Pandangan
dari visi Islam, Al Jammaly menyatakan bahwa manusia dan jagat pada hakikatnya
adalah satu kesatuan.
8. Menurut
Pancasila, manusia adalah monodualistik dan monopluralistik; keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan; integralistik; kebersamaan dan kekeluargaan.
Berdasarkan teori dan pendapat ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia merupakan kesatuan
antara jiwa, raga, pikiran, dan hatinya beserta Tuhan dan alam di mana manusia
itu berada.
Adapun sifat-sifat hakikat manusia
diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil membedakan
manusia dan hewan. Sedangkan wujud sifat hakikat manusia tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Kemampuan
menyadari diri
Kemampuan
mengeksplorasi yang ada, dan mengembangkannya ke arah kesempurnaan dan
menyadarinya sebagai kekuatan.
2. Kemampuan
bereksistensi
Manusia bersifat
aktif dan manusia dapat menjadi manajer (pengelola) terhadap lingkungannya.
3. Pemilikan
kata hati
Kemampuan membuat
keputusan tentang baik/ benar dengan buruk/ salah bagi manusia.Untuk meningkatkan
kemampun ini yaitu dengan melatih akal/ kecerdasan dan kepekaan emosi.
4. Moral
Moral (etika)
adalah perbuatan yang dilakukan manusia atau nilai-nilai kemanusiaan.Bermoral
berarti sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan
sebaliknya.Sedangkan etiket hanya sekadar kemampuan bersikap/ mengenai sopan
santun.
5. Kemampuan
bertanggungjawab
Suatu perbuatan
harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
6. Rasa
kebebasan
Rasa kebebasan
(kemerdekaan) harus yang terikat atau bertanggungjawab. Tugas pendidikan akan
membuat peserta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7. Kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
Dapat ditempuh
dengan pendidikan disiplin.
a. Disiplin
rasional à dilanggar à
rasa bersalah
b. Disiplin
afektif à dilanggar à
rasa gelisah
c. Disiplin
sosial à dilanggar à
rasa malu
d. Disiplin
agama à dilanggar à
rasa berdosa
8. Kemampuan
menghayati kebahagiaan
Kemampuan ini berkaitan
dengan usaha, norma-norma, dan takdir.
B.
HAKIKAT
MANUSIA DALAM BERBAGAI DIMENSI
Kajian
tentang dimensi-dimensi kemanusiaan manusia merupakan pokok kajian antropologi
metafisika.Kajian yang tertampung dalam antropologi metafisika tentang manusia
sampai pada kesimpulan bahwa manusia merupakan makhluk individu, sosial, dan
religious.
1. Manusia
sebagai Makhluk Individu
Atau disebut juga dimensi keindividualan
(individualitas) yang memiliki pengertian manusia sebagai pribadi yang berbeda
dari yang lain (unik atau khas).Manusia sebagai makhluk individu yang unik
yaitu berdiri sendiri yang memiliki keseluruhan sifat dan fase perkembangan.
2. Manusia
sebagai Makhluk Sosial
Disebut juga dimensi kesosialan
(sosialitas, ketergantungan kebutuhan pada orang lain) menyatakan bahwa perwujudan
manusia sebagai mahkluk sosial dimulai dari kenyataan bahwa tidak ada manusia
yang mampu hidup (lahir dan dibesarkan) tanpa bantuan orang lain, paling tidak yaitu
orangtua dan keluarganya.Di sini manusia saling berkomunikasi, saling memberi
dan menerima, adanya konsep hak dan kewajiban, dan keinginan untuk memiliki
sifat yang baik sekaligus menolak sifat yang tidak baik.Terdapat pula kesadaran
tentang status dan kedudukan dalam kehidupan bersama.
3. Manusia
sebagai Makhluk Susila/ Bermoral
Atau disebut juga dimensi kesusilaan yang bersumber
bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pngabdi
norma-norma (Noor Syam, 1983).Manusia yang bermoral adalah manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai dalam perbuatan.Nilai-nilai
tersebut dijunjung tinggi, karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, dan
kemuliaan.
4. Manusia
sebagai Makhluk Religius
Atau disebut juga dimensi keberagamaan,
yaitu terdapat keyakinan ada kekuatan yang mengendalikan seluruh aspek kehidupan
di luar kemampuan makhluk hidup di dunia.Pengertian religi menyangkut pengakuan
adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang sifatnya supranatural, yang
secara umum disebut Tuhan. Karenanya pengertian religi menyangkut pula
pengertian kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di samping agama. Manusia
merupakan makhluk religius, berkesadaran akan Tuhan.Manusia religius memiliki
hubungan vertikal dan horisontal.Hubungan vertikal berupa hubungan sosial
bersama dengan manusia di sekelilingnya.Sedangkan hubungan horisontal yaitu
hubungan karena memiliki sifat rohaniah yaitu dengan Tuhan.
C.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Untuk
mengaitkan hakikat manusia dan pendidikan, perlu dikaji terlebih dahulu tentang
pengertian pendidikan. Berikut ini akan diutarakan beberapa pengertian sebagai
berikut :
1. Kegiatan
pendidikan adalah banyak cakupannya dan sangat berkaitan dengan perkembangan
manusia muda, mulai dari perkembangan jasmaniah dan rohaniah, antara lain :
perkembangan fisik, pikiran, perasaan, kemauan, kesehatan, keterampilan,
sosial, hati nurani, kasih sayang. Pendidikan adalah kegiatan membudayakan
manusia muda atau membuat orang muda ini hidup berbudaya sesuai standar yang
diterima oleh masyarakat (Neolaka, 2017 : 2).
2. UU
Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek),
dan tubuh anak.
4. Dicitionary of Education
menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,
sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia
hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan terpilih
dan terkontrol (khususnya yang dating dari sekolah) sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan kemampuan individu yang
optimal.
Maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan proses sadar dan sistematis untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak didik untuk hidup di
lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara.
D.
PENGEMBANGAN
DIMENSI HAKIKAT MANUSIA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Pada
hakikatnya, tujuan setiap praktik pendidikan adalah sama yaitu mendidik manusia
baik. Adapun pengembangan dimensi hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan
utuh
Pengembangan ini meliputi
aspek jasmani (fisik), rohani (wawasan luas, kreatif), dan spiritual yang
terjadi di seluruh dimensi manusia (baik sebagai mahkluk individu, makhluk
sosial, makhluk susila, maupun mahkluk religi). Sehingga ranah pengembangannya
akan terjadi pada pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif).
2. Pengembangan
tidak utuh
Pengembangan ini terjadi
apabila di antara aspek, dimensi, dan ranah dalam proses pengembangannya ada
yang terabaikan untuk ditangani yang berakhir pada terbentuknya kepribadian
yang pincang dan tidak mantap atau pengembangan yang patologis (kehidupan tidak
tenang).
Maka tentu saja pengembangan utuh
yang lebih pantas diberlakukan pada bidang pendidikan yang meliputi ranah
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Bagi
manusia, pendidikan merupakan suatu keharusan, karenanya manusia akan memiliki
kemampuan dan kepribadian yang berkembang (Munib, 2010 : 27).
Pendidikan mengandung pengertian yang
sangat luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia.pendidikan menyangkut
hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan
pendidikan manusia ingin atau berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
serta memperbaiki nilai-nilai, hati nuraninya, perasaannya, dan
keterampilannya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan kegiatan mengolah hati
anak didik, pengajaran merupakan kegiatan mengolah otak anak didik, dan
pelatihan merupakan kegiatan mengolah lidah dan tangan anak didik agar anak
didik menjadi manusia yang beriman, manusia yang cerdas, dan manusia yang
terampil (Munib, 2010 : 27).
BAB
III
PEMBAHASAN
IMPLIKASI
WAWASAN HAKIKAT MANUSIA TERHADAP BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A.
ASAS-ASAS
PERLUNYA PENDIDIKAN BAGI MANUSIA
1. Manusia
sebagai Makhluk yang Belum Selesai
Dalam hidupnya
manusia digerakkan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan sebagian
lagi oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat.Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga
tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat
yang kurang baik.Oleh karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa
lalunya (misal ia berada karena diciptakan Tuhan, lahir ke dunia dalam keadaan
tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain, dan
seterusnya), serta sekaligus menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan
hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan, dan pengembangan
diri.la adalah manusia, tetapi sekaligus "belum selesai" mewujudkan
diri sebagai manusia.
2. Tugas
dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
Sejak kelahirannya
manusia memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara otomatis menjadi manusia
dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hakikat manusia. Sebagai individu atau pribadi, manusia
bersifat otonom, ia bebas menentukan pilihannya ingin menjadi apa atau menjadi
siapa di masa depannya. Berbagai aspek hakikat manusia pada dasarnya adalah
potensi yang harus diwujudkan setiap orang.Oleh sebab itu, berbagai aspek
hakikat manusia merupakan sosok manusia ideal, merupakan gambaran manusia yang
dicitacitakan atau yang menjadi tujuan.Sosok manusia ideal tersebut belum
terwujud melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
3. Perkembangan
Manusia Bersifat Terbuka
Manusia dilahirkan
ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk menjadi manusia, ia diciptakan
dalam susunan yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi untuk dapat menjadi
manusia. Namun demikian, dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia
bersifat terbuka atau mengandung berbagai kemungkinan.Manusia berkembang sesuai kodrat dan martabat
kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia
berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kodrat
dan martabat kemanusiaannya.
Maka
dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani
keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi
manusia, adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus
dididik. “Man can become man through
education only”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teorinya
(Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M. J.
Langeveld, bahkan sehubungan dengan kodrat manusia, seperti dikemukakan
Langeveld memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum
(M.J. Langeveld, 1980).
B.
PERLUNYA
PENDIDIKAN BAGI ANAK USIA DINI
Menurut
Permendikbud RI Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013, Pendidikan Anak
Usia Dini yang selanjutnya disingkat PAUD, merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Sejak
tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesiatelah mewajibkan
setiap anak untuk terlibat dalam lembaga PAUD, setidaknya selama satu tahun, sebelum masuk
jenjang sekolah dasar (SD). PAUD dianggap sebagai tahapan penting bagi
perkembangan setiap anak. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Direktur Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), yang biasa disapa
Prof. Reni menyatakan bahwa kegiatan di PAUD dapat memberikan rangsangan atau
stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak usia pra
sekolah.
Pendidikan
yang diberikan untuk anak usia 3 s.d 6 tahun ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan
anak pada bidang-bidang pelajaran ataumelatih agar berinteraksi dengan anak
sebaya saja. Lebih jauh dari itu, PAUD memiliki fungsi utama untuk mengembangkan
semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik
motorik, sosial emosional, dan moral agama.
Seperti
pernyataan “Man can become man through
education only”dari Immanuel Kant dalam teori pendidikannya, di mana
manusia (Henderson, 1959), bahwa sesuai
hakikatnya manusia memerlukan pendidikan atau harus dididik agar menjadi
manusia yang berkembang secara utuh dari dimensi individu, sosial, susila dan
agama. Kaitannya dengan bidang PAUD, maka implikasi atau manfaat bagi anak
apabila terlibat dalam lembaga PAUD adalah sebagai berikut :
1. Memperkenalkan
anak pada dunia sekolah melalui pengalaman belajar di lembaga PAUD yang akan membantunya untuk
lebih siap dalam menerima pelajaran formal di bangku pendidikan selanjutnya
(SD). Hal ini menjadi salah satu alasan UNESCO merekomendasikan setiap anak
mendapatkan pendidikan di usia pra sekolah, yang tentu saja harus terjadi dalam
lingkungan belajar yang memadai dan kondusif. PAUD dapat menjembatani perbedaan
suasana rumah dan sekolah. Anak akan belajar berinteraksi dengan anak
sebayanya, mengikuti aturan yang ditetapkan di lembaga PAUD, belajar beradaptasi
dengan rutinitas, dan sebagainya.
2. Membiasakan
anak terhadap kegiatan terstrukturyang dirancang khusus agar sesuai dengan fungsi pendidikan
anak usia dini. Salah satu tujuannya adalah melatih anak agar terbiasa terhadap
rutinitas dan kegiatan-kegiatan terstruktur. Misalnya, anak akanterbiasa berdoa
sebelum melakukan sesuatu, merapikan dan menjaga barang pribadi, dan
sebagainya.
3. Mengajari
anak untuk disiplin dan mengikuti peraturan, sehingga anak menjadi terbiasa
mengikuti aturandi luar rumah. Usia pra sekolah adalah saat yang tepat untuk
belajar mengikuti pola kegiatan maupun aturan lain di luar rumah. Mengikuti
kegiatan di lembaga PAUD akan melatih anak beradaptasi dengan lingkungan dan
peraturan baru. Anak juga akan belajar berbagi, antre, menunggu, dan memahami
bahwa ternyata tidak semua hal yang diinginkan harus segera ia dapatkan.
4. Menumbuhkan
imajinasi dan kreativitas melalui bermain dan permainan. Lembaga PAUD menjadi tempat yang
tepat bagi anak untuk belajar dalam suasana menyenangkan, sehingga lebih
mudah bagi anak untuk menyerap berbagai bimbingan yang diberikan. Selain
mempelajari berbagai keterampilan dasar, anak juga akan mendapatkan banyak
rangsangan yang akan memancing imajinasi dan kreativitasnya.
5. Menanamkan
nilai-nilai positif melalui program kegiatan lembaga PAUD yang bertujuan menanamkan
kejujuran, toleransi, berbagi, dan sebagainya. Pada usia pra sekolah, anak
belajar dengan cara bermain. Maka dari itu, kegiatan yang dilakukan dirancang
layaknya permainan, meski sebenarnya menyimpan maksud pembelajaran tertentu.
Melalui berbagai permainan tersebut, anak akan belajar tentang sopan santun,
menghormati orang lain, berbagi dengan orang lain, pentingnya bersikap jujur,
dan lain-lain.
6. Membentuk
dasar kepribadian anak. Pada fase golden years,
otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pengalaman yang didapatnya di
periode ini turut membentuk kepribadiannya dan akan memengaruhi sosoknya saat dewasa.
Maka dari itu, Prof. Reni mengingatkan bahwa pendidikan karakter memang sebaiknya
dimulai sejak dini. Melalui pendidikan anak usia dini, anak akan
mendapatkan berbagai contoh dan kegiatan positif yang akan ia ingat dan
praktikkan dalam kehidupannya.
BAB V
SIMPULAN & SARAN
A. SIMPULAN
Manusia
pada hakikatnya adalah Makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan dalam bentuk
yang paling sempurna dan dianugrahi potensi-potensi (intelektual, rasa. karsa,
karya dan religi) dalam dirinya untuk bisa tumbuh dan berekembang fisik dan non
fisiknya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia ini, makhluk
yang berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis,
serta makhluk moral. Semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan, maka sifat hakikat manusia
dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia
yang utuh. Sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unggul secara
individu yang akan membentuk formasi kehidupan sosial bermasyarakat yang unggul,
berbasis pada tata susila yang baik. Maka antara manusia dan pendidikan adalah
dua hal tidak terpisahkan yang saling menyempurnakan. Belajar hakikat manusia
untuk menyempurnakan proses pendidikan dan belajar hakikat pendidikan untuk
menyempurnakan manusia.
B. SARAN
Sebagai
pribadi kita harus memahami siapa, apa
dan bagaimana diri kita di dunia ini agar kita senantiasa bersyukur dengan
potensi-potensi yang kita miliki dan belajar untuk menggali potensi dalam diri
kita agar hidup kita berkualitas sebagai seorang manusia.
Selanjutnya
sebagai guru atau pendidik, tentu wajib mengetahui realita pendidikan dengan
senantiasa menggali tentang hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan agar bisa
sepenuhnya menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pendidik untuk mencetak generasi-generasi
yang religius, intelektual, mental dan bermoral agar bangsa ini tidak terpuruk.
DAFTAR
PUSTAKA
,
2016). Enam Hal Penting Pendidikan Anak Usia Dini
dan Menurut Para Ahli. Diakses dari https://www.parentingclub.co.id/smart-stories/alasan-si-kecil-perlu-mendapatkan-pendidikan-anak-usia-dini
Gunawan, Imam. Hakikat
Manusia Dan Pengembangannya. Malang :UM
Kumalasari, Dyah. Hakikat
Manusia Dan Pengembangannya.
Munib, Achmad, dkk. (2010). Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang : UPT UNNES Press
Neolaka, Amos. (2017). Landasan Pendidikan, Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan
Hidup.Depok : PT Karisma Putra Utama
Permendikbud RI Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum
2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Sumantri, Muhammad. S. Modul 1 Pengantar Pendidikan, Hakikat Manusia dan Pendidikan. UT
Komentar
Posting Komentar
[tetaplah sopan, bersahabat dan bijaksana]