PERANAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN

 ANALISIS 

PENTINGNYA PERANAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN


Pidarta (2013) menyatakan bahwa kajian tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar, psikologi sosial, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu berimplikasi terhadap konsep pendidikan. Kebanyakan implikasi tersebut terlihat dalam kurikulum sebab materi pelajaran dan proses belajar mengajar (interaksi pendidikan) itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara dalam mengadakan kontak sosial, dan kesiapan belajar peserta didik. Hal tersebut menandakan bahwa ilmu psikologi memang berperan penting dalam bidang pendidikan.

1.     Pemahaman tentang psikologi perkembangan dapat menjadi petunjuk bagi para pendidik tentang bagaimana menyiapkan dan mengorganisasi materi belajar, serta bagaimana membina peserta didik agar bersedia belajar secara sukarela.

2.     Pemahaman tentang psikologi belajar dapat membantu pendidik dalam memilih teori belajar mana yang pantas diberlakukan dalam pendidikan, apakah teori yang secara klasik atau yang modern (behavioris dan kognisi). Pilihan pendidik harus memperhatikan tugas perkembangan tiap peserta didik, dan kemampuan tersebut berkaitan dengan pemahaman tentang psikologi perkembangan.

3.     Pemahaman tentang psikologi sosial dapat membantu pendidik saat membimbing peserta didik agar memiliki konsep diri yang baik dengan mengembangkan sikap dan perasaan positif, juga persepsi terhadap lingkungan secara wajar. Pemahaman ini juga berakar dari pemahaman pendidik tentang psikologi perkembangan. Cara yang dapat dilakukan yaitu : membentuk sikap positif peserta didik (mengarahkan sifat alami, pengkondisian, menjadi model/ teladan). Pendidik perlu memotivasi peserta didik melalui : pemenuhan minat dan kebutuhan, diberi tugas menantang, dan pemberian pengalaman sukses. Pendidik perlu menciptakan hubungan hangat dalam proses konseling, bimbingan, dan belajar kelompok. Demi mencegah aksi agresif anti sosial, pendidik perlu mengembangkan agresif prososial dan sanksi; dengan menerapkan tata tertib dan pencegahan kondisi cepat putus asa. Pendidik juga perlu membimbing kepemimpinan anak untuk mencapai kesuksesan bersama dan karena peserta didik akan hidup berorganisasi saat dewasa nantinya.

4.     Setelah memahami tentang psikologi umum (perkembangan, belajar, sosial), para pendidik selanjutnya menginternalisasikan kesiapan belajar setiap peserta didik dengan materi pelajaran. Kesiapan afeksi (sikap) dapat dipupuk dengan model pengembangan motivasi dan pembiasaan, sedangkan kesiapan kognisi (akademik) dapat dipelajari berdasarkan tugas perkembangan kognitif setiap peserta didik.

5.     Dalam mengembangkan potensi peserta didik, pendidik harus menjalankan proses pendidikan yang berimbang dalam melayani aspek rohani dan jasmani. Dua aspek tersebut dikategorikan dalam tiga ranah pendidikan, yaitu : afeksi/ sikap, kognisi/ pengetahuan, dan psikomotorik/ keterampilan. Jika ketiganya telah berkembang seutuhnya, maka semua potensi peserta didik akan berkembang secara harmonis, optimal, dan integratif; sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia.

 

Selain Pidarta, Sukmadinata juga menyatakan bahwa pemahaman tentang psikologi penting dimiliki pendidik jika ingin menjalankan proses pendidikan yang benar. Dia mengartikan psikologi sebagai suatu studi/ ilmu yang mempelajari kegiatan/ perilaku individu dalam interaksi dengan lingkungan (2016: 18). Dinyatakan pula bahwa, agar seseorang dapat memberikan layanan dan perlakuan yang petap terhadap orang lain, terlebih dulu perlu memahami segala karakteristik, sifat, sikap, kemampuan, dan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku orang yang dihadapinya. Seseorang yang telah belajar psikologi diharapkan menjadi orang yang dapat mengerti dirinya dan mengerti orang lain, serta dapat memberikan perlakuan yang bijaksana (2016: 21-22).

Kaitannya dengan bidang pendidikan, kajian tentang psikologi menghasilkan istilah landasan psikologi dalam proses pendidikan atau landasan psikologi pendidikan yang memiliki dua tujuan utama. Pertama, studi landasan psikologi pendidikan membantu para pendidik/ guru dan calonnya agar memiliki pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan. Kedua, agar para pendidik/ guru dan calonnya mampu menyusun dan melaksanakan pengajaran - bimbingan terhadap peserta didik dengan lebih baik. Jika dua tujuan tersebut tercapai, proses pendidikan yang terlaksana akan membantu peserta didik dalam berkembang setinggi-tingginya sesuai potensi yang dimilikinya.

 

Dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, pendidik anak usia dini diartikan sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Mereka adalah guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda (Pasal 24)—yang harus memiliki kompetensi utuh yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (Pasal 25, 26, 30). Kompetensi tersebut berkaitan dengan pemahaman bidang psikologi, yaitu kompetensi pedagogik dan profesional.

Kompetensi pedagogik guru PAUD meliputi kemampuan dalam :

1.     Mengorganisasikan aspek perkembangan sesuai karakteristik AUD; menganalisis teori bermain sesuai aspek dan tahapan perkembangan, kebutuhan, potensi, bakat, & minat AUD; merancang kegiatan pengembangan AUD berdasarkan kurikulum; menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; memanfaatkan TIK untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; dan mengembangkan potensi AUD untuk pengaktualisasian diri—yang akan dimiliki pendidik jika sudah lebih dulu memahami tentang psikologi perkembangan.

2.     Berkomunikasi secara efektif, empatik, santun (pemahaman psikologi sosial).

3.     Menyelenggarakan dan membuat laporan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar AUD; menentukan sasaran asesmen proses dan hasil pembelajaran pada AUD; menggunakan hasil penilaian, pengembangan dan evaluasi program untuk kepentingan pengembangan AUD; dan melakukan tindakan reflektif, korektif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pengembangan AUD—akan dimiliki pendidik jika lebih dulu memahami tentang psikologi belajar.

Kompetensi profesional guru PAUD meliputi: mengembangkan materi, struktur, & konsep bidang keilmuan yang mendukung serta sejalan dengan kebutuhan dan tahap perkembangan AUD; dan merancang berbagai kegiatan pengembangan secara kreatif sesuai dengan tahapan perkembangan AUD—yang akan dimiliki pendidik jika lebih dulu memahami tentang psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Dengan demikian, standar kompetensi pendidik di PAUD dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tersebut sudah sesuai dengan teori/ dasar pemikiran ahli psikologi (psikologi perkembangan, psikologi belajar, dan psikologi sosial).

 

Berikut ini beberapa hasil penelitian mengenai pentingnya peranan psikologi di dunia pendidikan (pemahaman pendidik/ guru PAUD tentang psikologi).

1.     Edizer, dkk (2007) meneliti 11 guru prasekolah di Turki tentang teori belajar konstruktivisme. Timnya menemukan bahwa sampel guru paham teori tersebut, di mana metode teori tersebut mengajak siswanya aktif dan belajar secara penyajian-mengalami-penemuan. Sampel guru berpikir jika teori tersebut sulit diberlakukan sebab terjadi kekurangan bahan belajar selagi jumlah siswa per kelas tinggi.

Mengesampingkan kelemahan sekolah di Turki tersebut, saya menemukan bahwa para guru sampel tahu tentang teori belajar konstruktivisme (tentang metodenya, peran guru, peran siswa, penilaian, serta aktivitas dalam belajar konstruktivisme). Itu berarti bahwa guru paham tentang psikologi belajar.

2.     Marsitho (2010) meneliti hubungan antara kompetensi profesional dengan kinerja  42 guru PKn SMP di Bandar Lampung. Temuannya berupa terdapat hubungan positif, erat, dan signifikan antara kompetensi profesional dengan kinerja pada koefisien korelasi sebesar 0,724 dengan interpretasi ada kecenderungan semakin  profesional akan semakin baik kinerja gurunya. Kompetensi profesional guru didasari oleh pemahaman tentang psikologi (perkembangan, belajar, sosial), dan di sinilah letak peranan penting psikologi dalam pendidikan.

3.     Sanyata (2012) menyatakan bahwa konseling akan berjalan efektif jika konselor memahami dan menguasai pendekatan teoretik dalam konseling untuk mencapai perubahan pikiran, perasaan dan perilaku. Menurut saya, konseling termasuk salah satu upaya pendidikan yaitu dalam hal merubah pikiran, perasaan, dan perilaku oleh konselor terhadap klien. Di sini psikologi menunjukkan peranannya sebagai petunjuk konselor dalam menjalankan tugas. Sunyata menyebutkan hal-hal perlu dipahami oleh konselor adalah tentang teori dan pendekatan behavioristik dan aplikasi teori behavioristik dalam konseling.

4.     Waluyo dan Latiana (2014) menyatakan bahwa guru/ pendidik PAUD sebaiknya mampu menyusun dan mengimplementasikan pembelajaran kewirausahaan yang mengembangkan potensi anak. Pembelajaran tersebut dapat memupuk nilai-nilai kewirausahaan seperti mandiri, kreatif, berani mengambil risiko, kepemimpinan, kerja keras, berorientasi pada tindakan, jujur, disiplin, inovatif, tanggung jawab, kerja sama, persisten, komitmen, logis, penuh rasa ingin tahu, komunikatif, dan memiliki motivasi tinggi untuk sukses. Kemampuan untuk susun-implementasi pembelajaran kewirausahaan dalam mengembangkan potensi anak dimiliki guru/ pendidik PAUD jika mereka lebih dulu memahami tentang psikologi, yaitu menyesuaikan pembelajaran kewirausahaan yang sesuai dengan tugas perkembangan, serta sesuai dengan kesiapan belajar dan sosial anak.

 

Sumber referensi :

Edizer, Filiz Shine, et. al. (2007). The Perceptions of Teacher towards Constructivism in Early Childhood Classroom in Southearstern Turkey. International Journal of Early Childhood Education Research Vol.1, No.2, 51-75

Marsitho. (2010). Hubungan Kompetensi Profesional, Motivasi Kerja, dan Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Mapel Pendidikan Kewarganegaraan SMP di Kota Bandar Lampung (Tesis)

Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar PAUD

Pidarta, Made. (2013). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

Sanyata, Sigit. (2012). Teori & Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal Paradigma,  No. 14 Th. VII, Juli 2012, ISSN 1907-297X

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2016). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Rosdakarya Offset

Waluyo, Edi & Lita Latiana. (2014). Entrepreneurship Learning in Early Childhood Programs. Indonesian Journal of  Early Childhood Education Studies 3 (1) (2014) 59-64


[TUGAS MATA KULIAH LANDASAN KEPENDIDIKAN]

Disusun oleh : Yefie Virgiana [virgiana15shy@gmail.com]


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DANA PENDIDIKAN 20% DARI APBN & ABPD? BENARKAH?

AUD YANG BERETIKA DI ERA KEMAJUAN PERADABAN